Komunitas
Guru Sekolah Minggu GKI Klasis Solo
Komunitas merupakan wadah bagi
orang-orang yang biasanya mempunyai tujuan atau hobi tertentu. Pada tugas akhir
mata kuliah Cross Cultural Understanding
ini, setiap mahasiswa diharapkan untuk bergabung dengan komunitas baru yang
selama ini belum mereka ikuti, dengan tujuan untuk menambah pengalaman dan
menambah wawasan baru tentang kebiasaan, budaya, serta kegiatan suatu komunitas.
Setelah saya pertimbangkan selama beberapa saat, saya memutuskan untuk
bergabung dengan Komunitas Guru Sekolah Minggu GKI Klasis Solo. Komunitas ini
merupakan wadah bagi guru-guru sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia (GKI)
didaerah Solo dan sekitarnya, yang sekretariatnya pada periode ini berada di
GKI Nusukan dengan jumlah anggota gereja kurang lebih 10 gereja dan pengurus 10
anggota dari masing masing gereja periode sekarang ini adalah Erlisa dari GKI
Nusukan. Alasan mengapa saya tertarik untuk bergabung dengan komunitas ini
yaitu saya ingin menambah pengalaman dalam mengajar sekolah minggu, serta membangun
relasi antar guru sekolah minggu sehingga saya bisa mengasah lebih lagi talenta
saya dalam mengajar.
Komunitas
ini memiliki program kerja untuk setiap tahunnya yaitu berupa kegiatan-kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam waktu satu tahun baik kegiatan untuk guru sekolah
minggu maupun untuk anak-anak sekolah minggu. Kegiatan yang biasa dilakukan antara lain
pembinaan rutin guru sekolah minggu, camp anak sekolah minggu/guru sekolah
minggu, kegiatan kebersamaan klasis (natal, paskah) bersama, pertukaran
mengajar guru sekolah mingggu antar gereja, dll. Untuk memantau apakah
program-program yang ada berjalan atau tidak, biasanya diadakan rapat/pertemuan
setiap satu bulan sekali. Pada bulan maret kemarin saya mulai ikut terlibat
langsung dalam program pertukaran mengajar guru sekolah minggu antar gereja. Saya
mendapatkan tugas pertukaran untuk
mengajar sekolah minggu dengan GKI Kartasura. Setiap gereja wajib mengirimkan dua
guru sekolah minggu. 1 guru bertugas untuk bercerita, dan satu guru bertugas
untuk memimpin pujian.
Pada
Minggu, 18 Maret 2012 guru sekolah minggu GKI Kartasura mengajar di gereja saya
(GKI Sangkrah Bajem Randusari). Sekolah minggu dimulai pukul 08.00 WIB, dan
dihadiri oleh 23 anak sekolah minggu (kelas campuran) dan 6 guru sekolah
minggu. Dalam menyampaikan cerita guru menggunakan
teknik “Layar Action”, pelaksanaannya
hampir seperti drama. Ketika pemimpin mengatakan layar maka anak-anak menutup mata
mereka (sementara pemain menempatkan diri). Namun, pada saat pemimpin berkata
action maka anak-anakmembuka mata mereka dan pemain sudah ada pada posisi
mereka. Pemimpin juga sebagai narator yang menarasikan/menceritakan setiap
adegan yang diperagakan, karena pemain tidak melakukan dialog. Tema cerita pada
saat itu adalah “Elisabet” (Lukas
1:1-25; 39-45). Melalui kisah hari ini,
anak memiliki keyakinan teguh bahwa Tuhan mampu berkarya melalui dirinya dan
tetap bersikap rendah hati.
Sedangkan
pada Minggu, 25 Maret 2012, saya bertugas mengajar di GKI Kartasura bersama
satu rekan saya. Ada 7 pos sekolah minggu, dan kita mendapat tugas mengajar di
kelas 1,2 dipos Yosua dengan jumlah anak sekolah minggu sekitar 36 anak dan
guru 7 guru sekolah minggu. Ibadah sekolah minggu dimulai pada pukul 07.15 WIB.
Metode yang digunakan pada saat penyampaian cerita yaitu menggunakan media
gambar. Tema cerita pada minggu itu
adalah “Perempuan-perempuan Yang Melayani Yesus” (Lukas 8 : 1 – 3). Melalui
pelajaran hari ini, anak diajak untuk mau melayani Tuhan dengan apa yang dia
miliki supaya bisa menjadiber kat bagi orang lain yang membutuhkan. Setelah
ibadah sekolah minggu selesai, anak-anak melanjutkan aktivitas membuat tempat
telur paskah. Tempat telur paskah dibuat dari kertas bekas yang dibuat menjadi tempat
telur.
Saya
mendapatkan pengalaman berharga dari komunitas ini, antara lain metode-metode
baru yang bisa digunakan dalam mengajar, membangun relasi yang lebih luas baik
dengan anak sekolah minggu maupun guru sekolah minggu, serta mengasah kemampuan
saya dalam mengajar. Menurut saya menjadi guru bukanlah hal yang mudah, kita
dituntut untuk selalu aktif baik pada saat mengajar maupun persiapan sebelum
mengajar. Menjadi guru juga harus kreatif, supaya kita bisa menciptakan suasana
yang menyenangkan dan anak tidak merasa bosan. Dalam menggunakan bahasa pun
kita juga harus berhati-hati karena anak-anak biasanya akan mudah sekali meniru
dan mereka lebih mudah menangkap sesuatu yang disampaikan dengan bahasa yang
sederhana.
Inilah
sedikit sharing saya mengenai komunitas
yang saya ikuti saat ini. Semoga melaui apa yang saya sampaikan ini, dapat
memotivasi kita semua terutama sebagai calon guru untuk mengasah dan mencari
sumber pengalaman yang sebanyak-banyaknya agar kelak kita tidak hanya menjadi
guru yang hanya duduk, diam pada saat mengajar di kelas, tetapi menjadi guru
yang aktif, dan kreatif.