Jumat, 13 April 2012

new community


Komunitas Guru Sekolah Minggu GKI Klasis Solo
            Komunitas merupakan wadah bagi orang-orang yang biasanya mempunyai tujuan atau hobi tertentu. Pada tugas akhir mata kuliah Cross Cultural Understanding ini, setiap mahasiswa diharapkan untuk bergabung dengan komunitas baru yang selama ini belum mereka ikuti, dengan tujuan untuk menambah pengalaman dan menambah wawasan baru tentang kebiasaan, budaya, serta kegiatan suatu komunitas. Setelah saya pertimbangkan selama beberapa saat, saya memutuskan untuk bergabung dengan Komunitas Guru Sekolah Minggu GKI Klasis Solo. Komunitas ini merupakan wadah bagi guru-guru sekolah minggu Gereja Kristen Indonesia (GKI) didaerah Solo dan sekitarnya, yang sekretariatnya pada periode ini berada di GKI Nusukan dengan jumlah anggota gereja kurang lebih 10 gereja dan pengurus 10 anggota dari masing masing gereja periode sekarang ini adalah Erlisa dari GKI Nusukan. Alasan mengapa saya tertarik untuk bergabung dengan komunitas ini yaitu saya ingin menambah pengalaman dalam mengajar sekolah minggu, serta membangun relasi antar guru sekolah minggu sehingga saya bisa mengasah lebih lagi talenta saya dalam mengajar.
Komunitas ini memiliki program kerja untuk setiap tahunnya yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam waktu satu tahun baik kegiatan untuk guru sekolah minggu maupun untuk anak-anak sekolah minggu.  Kegiatan yang biasa dilakukan antara lain pembinaan rutin guru sekolah minggu, camp anak sekolah minggu/guru sekolah minggu, kegiatan kebersamaan klasis (natal, paskah) bersama, pertukaran mengajar guru sekolah mingggu antar gereja, dll. Untuk memantau apakah program-program yang ada berjalan atau tidak, biasanya diadakan rapat/pertemuan setiap satu bulan sekali. Pada bulan maret kemarin saya mulai ikut terlibat langsung dalam program pertukaran mengajar guru sekolah minggu antar gereja. Saya mendapatkan tugas pertukaran  untuk mengajar sekolah minggu dengan GKI Kartasura. Setiap gereja wajib mengirimkan dua guru sekolah minggu. 1 guru bertugas untuk bercerita, dan satu guru bertugas untuk memimpin pujian.
Pada Minggu, 18 Maret 2012 guru sekolah minggu GKI Kartasura mengajar di gereja saya (GKI Sangkrah Bajem Randusari). Sekolah minggu dimulai pukul 08.00 WIB, dan dihadiri oleh 23 anak sekolah minggu (kelas campuran) dan 6 guru sekolah minggu. Dalam menyampaikan cerita guru  menggunakan teknik “Layar Action”, pelaksanaannya hampir seperti drama. Ketika pemimpin mengatakan layar maka anak-anak menutup mata mereka (sementara pemain menempatkan diri). Namun, pada saat pemimpin berkata action maka anak-anakmembuka mata mereka dan pemain sudah ada pada posisi mereka. Pemimpin juga sebagai narator yang menarasikan/menceritakan setiap adegan yang diperagakan, karena pemain tidak melakukan dialog. Tema cerita pada saat  itu adalah “Elisabet” (Lukas 1:1-25; 39-45). Melalui kisah  hari ini, anak memiliki keyakinan teguh bahwa Tuhan mampu berkarya melalui dirinya dan tetap bersikap rendah hati.
       
Sedangkan pada Minggu, 25 Maret 2012, saya bertugas mengajar di GKI Kartasura bersama satu rekan saya. Ada 7 pos sekolah minggu, dan kita mendapat tugas mengajar di kelas 1,2 dipos Yosua dengan jumlah anak sekolah minggu sekitar 36 anak dan guru 7 guru sekolah minggu. Ibadah sekolah minggu dimulai pada pukul 07.15 WIB. Metode yang digunakan pada saat penyampaian cerita yaitu menggunakan media gambar.  Tema cerita pada minggu itu adalah “Perempuan-perempuan Yang Melayani Yesus” (Lukas 8 : 1 – 3). Melalui pelajaran hari ini, anak diajak untuk mau melayani Tuhan dengan apa yang dia miliki supaya bisa menjadiber kat bagi orang lain yang membutuhkan. Setelah ibadah sekolah minggu selesai, anak-anak melanjutkan aktivitas membuat tempat telur paskah. Tempat telur paskah dibuat dari kertas bekas yang dibuat menjadi tempat telur.
Saya mendapatkan pengalaman berharga dari komunitas ini, antara lain metode-metode baru yang bisa digunakan dalam mengajar, membangun relasi yang lebih luas baik dengan anak sekolah minggu maupun guru sekolah minggu, serta mengasah kemampuan saya dalam mengajar. Menurut saya menjadi guru bukanlah hal yang mudah, kita dituntut untuk selalu aktif baik pada saat mengajar maupun persiapan sebelum mengajar. Menjadi guru juga harus kreatif, supaya kita bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dan anak tidak merasa bosan. Dalam menggunakan bahasa pun kita juga harus berhati-hati karena anak-anak biasanya akan mudah sekali meniru dan mereka lebih mudah menangkap sesuatu yang disampaikan dengan bahasa yang sederhana.
Inilah sedikit sharing saya mengenai komunitas yang saya ikuti saat ini. Semoga melaui apa yang saya sampaikan ini, dapat memotivasi kita semua terutama sebagai calon guru untuk mengasah dan mencari sumber pengalaman yang sebanyak-banyaknya agar kelak kita tidak hanya menjadi guru yang hanya duduk, diam pada saat mengajar di kelas, tetapi menjadi guru yang aktif, dan kreatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar